Tuesday, June 19, 2007

Liverpool Football Club

Di tengah perang Badar yang dahsyat, suatu malam Rasulullah memeriksa laskar yang terluka. Seorang pemuda mengerang kesakitan dan sebatang anak panah masih menancap di perutnya. Rasulullah bersabda, "Siapa pemuda ini, demi Allah aku melihat ia akan menjadi penghuni neraka."

Umar bin Khattab menyela,"Ya Rasulullah, pemuda ini telah berjuang dengan gagah. Ia berada di garis paling depan, tidak pernah mundur setapak pun. Ia alim dan patuh kepada kedua orang tuanya. Ia syuhada. Bagaimana ia bisa menjadi ahli neraka?"

Di waktu subuh pemuda itu meninggal dunia. Umar bin Khattab memeriksa mayatnya. Terlihat bahwa anak panah yang menancap di perutnya tadi malam, kini bahkan tembus keluar di punggungnya. Rupanya ia telah meninggal karena tidak dapat lagi menahan sakit. Ia telah menekan anak panah itu lebih dalam lagi, untuk mengakhiri penderitaannya. Ia telah bunuih diri. Ia telah berputus asa. Betul sabda Nabi. Dan hukuman bagi orang yang berputus asa hanyalah neraka jahannam, di waktu hidup dan sesudah mati.
Pemuda itu telah mempercepat kematiannya. Ia tidak memiliki pengharapan sedikitpun. Ia tidak mau menunggu dengan tabah, apa yang akan diperbuat selanjutnya oleh hidup ini. Ia tidak mau menunggu walaupun hanya untuk beberapa jam saja dan membuang kesempatan untuk masuk sorga sebagai syuhada. Dan ini bukan kisah, tapi benar-benar terjadi, diriwayatkan dalam hadits Bukhari Muslim.
Pada tahun limapuluhan dalam film Carousel yang dibintangi Shirley Jones, Pat Boone lantunan suaranya yang digemari sekali oleh ayah saya, berpantun sebagai berikut:

- Kalau kamu berjalan dalam topan, jangan kamu putus harapan.
- Sebab di balik topan pasti ada langit keemasan.
- Dan kamu tidak jalan sendirian.
- Yang penting teruslah hidup,
- agar kamu dapat melihat kejadian selanjutnya dalam hidup.
Di Family Ties, film yang pernah diputar RCTI dan kembali ditayangkan di TPI, seorang gadis berkata pada ibunya,

"Betapa pun buruknya hari ini, pasti ada hari esok. Betapa pun buruknya nasib kita, pasti masih ada secercah harapan (asal kita beriman dan berbuat baik)."
Allah berfirman:"wa laa tahiinu wa laa tahzanuu wa antumul a'launaa in kuntum mukminiin - jangan kamu bersedih, jangan kamu berputus asa, sesunggunya derajatmu akan ditinggikan, asal kamu benar-benar beriman" (QS 3: 139).
Belakangan ayat ini menginspirasi DR.Aidh al-Qarni menerbitkan buku yang hampir 2 tahun lalu sempat menjadi best-seller di Mesir tempat asalnya sana maupun di Indonesia, Laa Tahzan, judul buku itu. Saya hampir yakin kebanyakan anda telah menyimpannya dalam rak buku anda.
Karena sifat manusialah selalu dirundung khawatir, dirundung cemas. Kita pun maklum, Piramida Maslow memasukan elemen security, atau rasa nyaman yang berasal dari rasa aman itu sebagai salah satu kebutuhan dasar hidup manusia.
Andaikata Tuan Noboru Hirajima dan kawan-kawannya berputus asa ketika kapalnya tenggelam di perairan Irian, andaikata mereka tidak punya harapan untuk bertahan lebih lama di atas sepotong papan, bahwa mungkin ada kapal lain yang akan menolong mereka, kita tidak akan sempat mendengar kisah mereka. Yang membuat mereka tetap hidup, bukan pelampung atau tubuh yang sehat, tetapi harapan untuk tetap hidup.
Karena adanya harapan itulah maka Allah berkenan untuk menolong dengan kapal Tug Boat dari Australia. Andaikata Tuan Noboru Hirajima dan kawan-kawanya, ketika di tengah laut merasakan hempasan ombak yang menggelora, hujan deras, malam gelap gulita, lantas berputus asa, tidak mempunyai harapan lagi, dan melepaskan tangannya dari tepi papan atau botol-botol gas LPG, maka mereka hanya akan menjadi santapan ikan hiu, atau kalaupun mujur, paling-paling hanya bisa menjadi bunga karang.

Siapa insan sepakbola yang tidak diaduk-aduk emosinya oleh drama final kejuaraan Eropa antar klub tahun 2005 yang lalu? Apabila Steven Gerrard dan teman-temannya berfikir bahwa pertandingan final telah berakhir ketika babak pertama usai, berhenti bertanding dan menyerah digunduli AC Milan 3-0, mungkin piala kejuaraan itu sekarang tidak berada di salah satu lemari kebanggaan klub sepakbola itu di kota Liverpool. Dan mungkin juga, bisa jadi, tidak akan pernah bisa ada di sana selama-lamanya.
Final pun berlalu, kondisi Liga Sepakbola Indonesia tidak banyak berubah, begitu juga nasib Timnas kita. Liverpool akhirnya berjaya lewat adu penalti, setelah skor imbang 3-3. Semua diraih oleh harapan dan perjuangan yang tidak kunjung padam, sebelum peluit tanda pertandingan usai ditiup wasit.
Bukan itu saja, bahkan Socrates pernah berkata:"Harapan adalah rotinya orang miskin". Karena itu sudah sepantasnya jika kita selalu berharap dan memberikan harapan-harapan kepada orang-orang yang belum mampu memilikinya dengan cara menghidupkan harapan-harapan mereka.

1 comment:

Anonymous said...

membaca seluruh blog, cukup bagus