Tuesday, June 19, 2007

Gila

Ada tiga orang gila dirawat dalam satu barak, yang pertama suka bertingkah, yang kedua suka memberi nasihat, dan yang ketiga merasa ia bukan dirinya.

Ketika yang pertama berteriak-teriak dan melompat-lompat, yang kedua berkata: “Hus jangan ribut, nanti Tuhan marah !”. Yang ketiga, merasa dirinya yang disebut, ia menyahut: “Ah tidak apa-apa, wong aku tidak marah kok.”

Sering kita bertindak seperti orang-orang gila itu. Sering ketiga kegilaan itu sekaligus menimpa diri kita. Kita bertidak melampaui batas dan tidak pada tempatnya. Kita merasa paling mengerti, senang melarang dan memberi nasehat kepada yang lain. Dengan yang kita miliki, dengan usaha, dengan ilmu yang kita peroleh, kita menjadi merasa sempurna, kita berbuat sekan Tuhan.

Bahkan dengan melakukan yang sedikit, kita sudah merasa paling hebat. Kita pun maklum semua orang gila tidak akan pernah membahas, apalagi menceritakan kegilaannya sendiri.

Sering kegilaan bisa timbul karena perasaan pesimis yang berlebih-lebihan. Karena pandangan yang tidak bisa memahami besarnya hikmah alam raya ini. Karena pandangan bahwa Tuhan seakan-akan telah menciptakan alam raya ini dengan bathil, tidak sempurna. Karena pandangan seperti ini pula yang menyebabkan kesulitan hidup manusia di dunia, dan pada gilirannya makin bertambah kesengsaraannya di akhirat.

Budhie Haruman, teman SMA dan kuliah saya, memberikan definisi bahwa beda antara orang gila dan yang tidak gila hanyalah terletak pada bagaimana dia menghargai dan menggunakan waktunya. Sedang kadar kegilaannya bisa diukur dari untung ruginya bagi orang lain Kalau waktu yang dia gunakan terus menerus hanya untuk satu hal maka dia gila, dan kalau waktu yang dia gunakan kadang-kadang, itu berarti dia waras.

Contohnya ialah: jika ia tertawa terus menerus itu namanya orang gila, jika ia menangis terus menerus tanpa berhenti itu namanya gila, jika kerjanya kawin terus, gila kawin. Jika cari harta terus menerus, gila harta. Kerja terus menerus, gila kerja. Dandan terus menerus, gila dandan. Marah terus, mengamuk terus, malas terus, namanya gila dan tidak perlu pakai sebutan lagi seperti gila marah, gila ngamuk, gila malas, tapi cukup gila saja. Silahkan cari contoh gila-gila lainnya.

Sering kegilaan berasal dari kebiasaan terlalu berat sebelah memikirkan diri sendiri. Dengan memikirkan orang lain, ringan terasa kesedihan kita. Dengan mengingat penderitaan orang lain, penderitaan kita hampir tidak ada artinya. Kadang kita merasa sangat sedih dan menderita karena kita belum mampu membeli sepatu baru, padahal di sekeliling kita banyak orang yang kehilangan kaki, justru bisa bergembira dan tertawa.

Hanya memikirkan diri sendiri, "yang penting asik aja buat gue", - istilah anak-anak muda sekarang- bertentangan dengan Sunatullah. Kita tahu bahwa keridhaan Allah banyak tergantung kepada keridhaan orang lain di sekeliling kita, contohnya nyata, seperti diajarkan bahwa keridhaan Allah bergantung kepada kedua orang tua.

Dengan mengingat orang lain, dengan menyambung tali kasih atas penderitaan orang lain, kita akan merasa berkecukupan. Kita sering merasa kaya, seandainya kita menganggap bahwa tetangga kita tidak memiliki sesuatu melebihi dari milik kita.

Inti silaturrahim, ukhuwah, adalah sebisa-bisanya meringankan beban orang lain dan membuat wajah orang lain lebih berseri-seri, bahkan Nabi Isa a.s. juga pernah berkata: “Senangkan dirimu dengan cara menyenangkan hati orang lain” Dan itu namanya rakhmi atau kasih.

Mungkin pada saat tertentu, dalam situasi tertentu, kekuasaan manusia menjadi sulit diukur, tetapi mustahil jika kemampuan-kemampuan mereka pada suatu ketika menjadi tidak terbatas.

Kebaikan dari dalam hati, agaknya memang membuat wajah kita selamanya lebih berseri-seri, sekalipun kita enggan menghitung, kemampuan dan kekuatan yang sudah kita miliki. Wallahu’alambishawab.

2 comments:

abun said...

Quoted:
"... Silahkan cari contoh gila-gila lainnya."


Gila cantik banget...

Boy said...

Saha teh... bun? :P