Saturday, June 30, 2007

Klaim

Kita harus memilih, karena biasanya hidup ini terdiri dari perbuatan-perbuatan memilih. Perbuatan-perbuatan yang pilihan. Kadang entah kita yang memilihnya atau kita hanya imbas dari pilihan orang lain.
Walau bukan satu-satunya pilihan, kita juga terkadang harus bertindak sebagai pemain, terkadang bisa juga menjadi wasit, manakala kita sudah tidak mampu lagi menjadi pemain.
Sebagai wasit kebanyakan dari kita lantas menjadi subyektif, agar selekasnya kemenangan berpihak kepada diri kita. Karena kita ingin selalu tetap dianggap benar, - bukan berusaha - justru untuk selalu tetap benar.
Kadang kitapun memang dipaksa mesti memihak. Mengapa seseorang yang mencoba untuk tetap tidak berbuat onar, mencoba berbuat adil secara pasif kadang bisa terancam karirnya?

Sebuah kelompok, sebuah perusahaan, sebuah pemerintahan adalah sesuatu yang hidup dan penuh emosi. Orang yang tidak mau berpihak, tidak akan populer bagi kedua kelompok yang bertikai. Ia tidak akan pernah dipaksa menyingkir bersama kelompok yang dikalahkan, tetapi juga tidak akan pernah dipandang serius oleh kelompok yang kebetulan memperoleh kemenangan.

Sebagai sebuah teka-teki, Tuhanlah yang memberi, oleh karena itu Tuhan pula yang berhak untuk mengambilnya. Kendatipun kita tahu persis bahwa urusan dunia kita anggap sebagai urusan kita sendiri.

Seringkali kita berdongkol, kerap kali kita bersedih ketika salah satu sumber kenyamanan kita terrenggut begitu saja. Tak jarang kita bersikap berlebih-lebihan, dalam menginginkan sesuatu. Kadang kita dibuai harapan yang kita ciptakan sendiri, akan sesuatu yang bukan milik kita.

Oleh karena itu, bisa jadi sikap yang paling mungkin kita kembangkan adalah berfikir kembali atas klaim kepemilikan kita atas dunia ini, seperti halnya raga kita, sebagai seonggok pakaian pinjaman dari-Nya, yang sewaktu-waktu dapat Ia ambil kembali.

Wallahu’alam bishshawaab..

3 comments:

Sidik Permana A.M said...

Begitulah hidup. Terkadang kita ingin hidup sendiri, bagai burung yang lepas bebas di angkasa. Dia bisa sesukanya memilih kemana dia terbang, tanpa berpikir apa resiko bagi dia maupun keluarga dan burung-burung yang dicintainya. Namun ketika kita tidak bisa lepas dari lingkungan kita, di situlah rasa pahit harus kita telan. Begitu banyak pertimbangan harus kita pikir sebelum sebuah tindakan kita ambil. Sehingga pada akhirnya, banyak orang kehilangan idealismenya, tidak konsisten, ketika tidak mampu keluar dari situasi yang menjepit. Itulah dunia yang diciptakan Tuhan dengan segala rahasianya...

abun said...

Emberrr...

Kita khan ngontraak...

Anonymous said...

awal yang baik