Friday, June 29, 2007

Tentang Ketidaksempurnaan dan Kesedihan

Yusuf Qardhawi dalam bukunya bercerita, bahwa suatu hari Khalifah Umar diprotes oleh sejumlah orang Mesir yang datang padanya. "Kami melihat beberapa perintah dalam Al-Qur'an yang seharusnya dilaksanakan, tetapi tidak dilaksanakan", kata kelompok orang Mesir itu.
Umar bertanya, "Apakah kamu membaca seluruh isi Al-Qur'an?". "Ya", jawab mereka. "Adakah kamu sudah menyesuaikan perbuatanmu, perkataanmu, dirimu, anggauta badanmu, gerakmu, dan diammu dengan Al-Qur'an?". "Laa. Tidak. Demi Allah".
Umar membelalakkan mata, "Masyaallah, jadi kamu akan membebankan kepada Umar bin Khattab, agar menegakkan kehidupan rakyat ini secara keseluruhan sesuai dengan Kitab Allah? Sedangkan Allah mengetahui akan selalu terjadi kepada kita beberapa keburukan?".
Umar telah menyampaikan suatu kearifan, perihal keterbatasan manusia.

Qardhawi, walaupun banyak menuai kontroversi akibat buku-bukunya, menitipkan pesannya, agar kita memilih sikap moderat, menjauhi sifat melampaui batas, untuk tidak mempersulit kebanyakan orang dan orang-orang kebanyakan. Dikutipnya pula ayat Al-Qur'an, "Allah tidak hendak menyulitkan kamu". Dan, "Allah melarang kamu berbuat berlebih-lebihan".
Akan tetapi kita kadang senang berbuat aneh-aneh. Tidak jarang justru ingin menjangkau sesuatu yang hampir mustahil, dan tidak wajar. Agaknya karena kita selalu dalam status yang tidak sempurna itulah, akhirnya kita menjadi sangat mudah terdera, mendzalimi diri sendiri, untuk menggapai yang paling sempurna!
Kita memang butuh prestasi. Sering kitapun butuh promosi. Kadang-kadang kita ingin juga tepuk tangan, yang diam-diam kita persembahkan kepada diri kita sendiri. Kita bisa juga menjadi alim, dan sadar bahwa tidak selamanya ambisi dapat terpenuhi. Masyarakat yang tanpa cacat tidak kunjung terjadi. Keburukan memang tetap mampir kepada diri kita. Kadang tanpa nama.
Seperti setiap kenyataan sejarah, manusia tidak pernah ditakdirkan untuk menang secara mutlak, setidaknya diperganti-gantikan. Ia tidak pernah bisa menguasai dunia yang tanpa konflik, tanpa rusuh, dan tanpa masalah, bahkan tidak pernah yang tanpa musuh.
Mahabarata, melalui komik karya RA.Kosasih yang ketika kecil sering baca dulu, tidak selalu lurus, selalu ada Kurawa, lantas baru ada cerita yang terlantun. Napoleon pun ketika memasuki istana Tuileries yang kosong lantaran ditinggal bangsa Bourbon berkata, "Kesedihanlah yang akhirnya selalu tampak, seperti halnya sebuah kemegahan".
Siapa yang menginginkan perdamaian bersiaplah untuk perang. Siapa yang inginkan kemapanan bersiaplah untuk menderita. Jika keburukan kebetulan memang mampir pada kita, pada moodnya atau tidak, cara penolakan yang paling diperlukan, adalah kesiapsiagaan kita untuk bisa menerimanya.
Rupanya memang hanya dunia tumbuh-tumbuhan dan hewanlah yang tidak pernah menolak nasib buruk ataupun nasib baik. Tidak perlu kesempurnaan. Tahan. Takdirpun bukan untuknya. Sepotong syair dibawah mungkin tepat untuk kita renungkan malam ini sebelum terlelap tidur,

Oh, hadapilah malam, badai, kelaparan,
cemooh,
olok-olok, tertawaan orang di belakang maupun di depan kita,
kecelakaan, ketidakberuntungan, serta penolakan,
seperti yang dihadapi semua hewan dan tumbuhan

2 comments:

Unknown said...

In every strength there's a weakness
In every truth there's a lie
In every smile there's a tear
In every kindness there's a rudeness
In every goodness there's a badness
In every happiness there's a sadness

Life is not perfect
not at all

It's all about combination
a perfect match

That what makes it
beautiful
still

Sidik Permana A.M said...

Satu prinsip yang sering diungkapkan Cak Nur adalah "partial of functioning ideals", suatu prinsip yang menerima bahwa kenyataan terkadang atau bahkan seringkali hanya mengakomodir sedikit dari keinginan atau cita-cita kita. Yang pasti adalah bahwa semua itu harus dalam kerangka sanggup untuk mengatakan yang sebenarnya (adil) dan bersedia mengakui kebenaran orang lain (ihsan). Sesuatu yang sayangnya jarang kita temui hari ini.