Friday, June 29, 2007

Tentang Kemenangan

Kalau ada yang tidak menjadi semakin ringan, hal itu pastilah kemenangan. Karena kita tahu bahwa setiap kemenangan adalah beban, perlu kekuatan untuk mempertahankannya dengan kemenangan-kemenangan baru, tantangan-tantangan baru, karenanya makin lama memang makin tidak pernah menjadi ringan.
Ironisnya, seperti sebuah kemenangan, "bahwa kebohongan adalah dosa yang bersambung, karena kebohongan harus ditutup pula dengan kebohongan yang lain." Tetapi kemenangan tidak selamanya segumpal dosa dan bukan pula seikat hakikat.
Berbicara soal kemenangan, ada yang lebih sulit dilakukan, yang hanya biasa dilakukan orang Indonesia, "Menang tanpa ada yang merasa dikalahkan." Tanpa menghinakan pihak yang kalah. Menang tanpa bertempur. Damai tanpa berperang. Semoga ini menjadi suatu citra, atau barangkali menjadi keinginan spirituil, agar pujangga-pujangga negeri lain tidak bertanya lagi, "how come?". Fantastic.

Konon, untuk meraih kemenangan, Napoleon menyuruh seluruh prajuritnya menyimpan masing-masing sebatang tongkat komando. Agar siapapun dapat dengan mudah kelak dinobatkan menjadi jenderal. Tetapi hasilnya hanya kematian sia-sia karena nekad. Dari perwira yang luka-luka, tidak seorangpun sampai menjadi jenderal, kecuali dirinya. Napoleon memenangkan perang, justru karena ia dapat mengalahkan prajuritnya sendiri.

Dalam dunia islam, secara klasik dinyatakan tidak ada musuh yang besar, tidak ada suatu kemenangan yang besar, yang ada adalah hawa nafsu yang berakibat buruk yang mesti diperangi, tetapi nafsu yang baik tetap harus dimenangkan. Masih adakah nafsu yang baik? Boleh jadi.

Kadangkala kemenangan besar bisa saja disebabkan oleh olok-olok. Dalam pertempuran sengit di Sisilia sewaktu mengusir penjajah, seorang jenderal dan pemersatu Italia, Giuseppe Garibaldi terkena lemparan batu. Ia pun berseru bahwa pasukan musuh telah kehabisan amunisi.
Laskarnya mendengar itu lantas lebih berani lagi menyerbu, dan pertempuran jarak dekat pun berkecamuk. Musuh akhirnya kalah, Sisilia jatuh. Beberapa bulan kemudian Italia menjadi satu. Karena Garibaldi dan sebutir batu.

Kemenangan bisa juga diakibatkan oleh hal-hal kecil, hal yang tidak pernah diperhitungkan sebelumnya, tetapi bahkan paling menentukan. Misalnya, imajinasi, emosi, bahkan keangkuhan, bahkan kesamaan penderitaan dan bahkan hanya karena keinginan itu sendiri menggebu-gebu untuk menang.

Di dinding ruang kerja seorang dokter hewan di Jalan Lombok, terpampang tulisan besar-besar, bukan untuk dibaca anjing, atau sapi, atau monyet:

In all games, always weigh risks against the results.
People take miracles for granted.
They only remember you by your mistakes

3 comments:

Sidik Permana A.M said...

Satu yang perlu dimenangkan oleh seorang lelaki adalah, "bagaimana dia bisa memenangkan hati seorang wanita?" Nah, bagaimana mas Boy menjawab ini? Dan semoga semua itu tidak hanya kata-kata belaka...
(heureuy Boy... :D)

Boy said...

ah, serius oge teu nanaon dik.. :P
Soal awewe.. dan memenangkan hati, satuju lah urang mah.
Walopun tidak semua self-achievement (baca: masalah wanita) selalu kita publikasikan toh? ;P

abun said...

Ah.. hati kok dimenang-menangkan.. trus yang kalah siapa? Urusan hati mah ga ada yang kalah.. therefore, ngga ada yang menang...