Sunday, November 28, 2004

Prisoners in Paradise


Jean de La Fontaine, gemar bercerita, ia seorang bijak dan humoris ulung, yang hidup di Prancis dari tahun 1621 hingga 1695 (Kalau tidak salah). Dengan kerendahan hati ia berumpama melalui percandaan binatang-binatang, hanya karena segan bila langsung menunjuk sifat tidak sempurna umumnya manusia. Beberapa ceritanya kita ingat seperti pernah mendengarnya dari orang tua kita, ketika kanak-kanak.

Konon, kambing, domba dan babi, yang bersama dalam satu pedati, tiba di pasar. Mereka datang tidak untuk menonton atau pesiar, tetapi untuk dijual dan disembelih dalam rancangan skenario dagang seorang saudagar.

Babi itu menjerit-jerit, seakan hendak memekakkan telinga orang, Domba dan kambing yang lebih lunak, heran mendengar kawannya berteriak, karena tabiatnya yang suka damai mereka tidak merasakan bahaya dekat mengancam. “Hai babi, mengapa engkau ribut amat? Coba lihat domba dan kambing yang pendiam, belajarlah sopan sedikit dari mereka! Adakah kau dengar suara tidak sepatutnya dari moncong mereka? Mereka bijaksana”, kata saudagar.

“Mereka binatang gila dan bodoh.” sahut babi, “Kalau mereka sedikit saja mengetahui persoalannya, mereka pasti akan meratap keras-keras atau mengembik-embik pedih dan pilu. Mereka sangka orang membawanya kemari hanya untuk susu kambing atau bulu domba. Kalau demikian masih mending ada harapan, sedangkan untuk saya ini, aduh, cuma daging yang berguna.” Babi melanjutkan, “Lantas adakah harapanku, selain minta diri dari dunia yang fana ini?”

Sang babi bertutur lagaknya seorang pakar yang bijaksana. Tetapi adakah manfaatnya? Sebab, jika kemalangan sudah tidak terelakkan, ketakutan dan keluh kesah tidak akan pernah dapat sedikit pun menolong. Dan agaknya yang paling sedikit melihat kejauhan, merekalah yang bahkan lebih bijaksana, seperti sabda Rasulullah, “Kebanyakan penghuni sorga adalah orang-orang yang berakal yang berfikiran sederhana.” Agaknya diperlukan keseimbangan, antara keharuan dan tindakan yang lebih bijaksana.

Seekor bangau berjalan-jalan tidak tentu tujuan, di sepanjang sungai ia berkelana, ikan-ikan kecil sedang bermain-main di sana, bagi bangau mudah memancingnya karena mereka dekat ke tepian. Tetapi ia menahan lapar sambil mengharap barangkali ikan yang lebih besar akan muncul.

Sedang liurnya keluar, di dekatnya ikan-ikan kecil berlompatan timbul kepermukaan air, dengan sikapnya yang tak acuh bangau bergumam, “Makhluk begini siapa yang butuh, ia tidak pernah dimakan orang, dan aku bukan sembarang binatang.” Komentar bangau terhadap ikan-ikan kecil itu disambungnya dengan komentar terhadap belut, “Cucu ularkah ini? Aku takut ususku kalut apabila kutelan makhluk hitam ini.” Demikianlah ia, sampai malam larut tidak menjumpai lagi pengisi perut. Lalu konon, sesudah ususnya berbunyi keroncongan baru terpaksa dibuangnya kesombongan, dengan menelan hanya seekor siput.

Sudah sepatutnya bila kita belajar untuk puas dengan sesuatu yang telah tersedia, meskipun kurang dari cukup. Bila hasrat dan keinginan kita atas sesuatu terlalu kuat, maka keberuntungan akan jarang mendekat. Dan sudah sepatutnya pula bila kita tidak terlalu keras mencela terhadap sesuatu yang telah tersedia, terutama bila ternyata kebutuhan kita tidak jauh berbeda dengan yang ada.

Bukan kepada bangau, kepada kita pun banyak nasehat baik soal makan memakan, “Apabila kita sekarang gemar menyantap makanan yang lezat dan manis-manis, maka tunggulah saatnya kelak, kita akan bersedih hati karena harus selalu meminum obat yang pahit-pahit”, begitulah kira-kira bunyi kasidah tabib Arab.

Joey Tempest, vokalis, sekaligus pentolan group rock Europe, bukan pujangga, namun cukup bijak untuk memberi nasehat pada kita dalam salah satu syair lagunya:


“…sometimes what you want aint what you need.
…aint it hard to find illusions when you’re livin in the memories.”

Just like prisoners in paradise
So close but yet so far
There will come a time no matter who you are
When you ask yourself was it right or wrong, for me to turn away, but hey
We're just children of tomorrow hangin' on to yesterday

Prisoners in paradise,
Still far from heaven's door
We had it all but still we wanted more
Now I realize that I can't turn back, the future's here to stay, but hey
We're just children of tomorrow hangin' on to yesterday

No comments: